Fuel Trim
Fuel trim (dapat dilihat/ditampil melalui scantool jika mesin dilengkapi dengan oksigen sensor) adalah suatu usaha/kompensasi dari ECU untuk mengurangi dan menambah volume penyemprotan bensin agar perbandingan campuran udara bensin berada pada ”wilayah” lambda 1. Jika semua kondisi manajemen dan mekanisme mesin berada dalam keadaan prima, maka ECU tidak memerlukan kompensasi mengurangi dan menambah bahan bakar agar perbandingan campuran udara bensin ideal, oleh karena itu spek pada servis manual mentapkan bahwa fuel trim yang masih ditolerir adalah dari -10% sampai +10% dan jika lebih dari itu maka ECU akan meng-on-kan lampu check engine. Bahkan beberapa pabrikan mematok spek fuel trim hanya dari – 5% sampai + 5% saja.
Oksigen Sensor
Sering disebut juga dengan Sensor O2 atau Lambda Sensor atau AFR Sensor berfungsi untuk mendeteksi kadar oksigen yang dikandung dalam gas buang, karena sensor ini hanya mendeteksi kadar oksigen dalam emisi, maka patokan dasar software ECU adalah berapa besarnya tegangan sinyal yang dibangkitkan oleh oksigen sensor tersebut, jika tagangan oksigen sensor bergerak pada kisaran 200 sampai 700 mV, maka ECU beranggapan bahwa perbandingan campuran udara bensin yang mengalir ke ruang bakar sudah sesuai.
Softwaree ECU mempunyai tegangan refrensi/sebagai pembanding tegangan yang dibangkitkan oleh oksigen sensor, besarnya tegangan referensi tersebut adalah 450mV, maka untuk mengkompensasikan tegangan yang dibangkitkan O2 Sensor sebesar 200 sampai 700 mV itulah, maka ECU menambah dan mengurangi penyemprotan bensin melalui data fuel trim -10% sampai +10%.
Dengan kata lain; jika oksigen sensor membangkitkan tegangan sinyal sebesar 450 milli Volt ke ECU, maka ECU tidak akan melakukan kompensasi penambahan dan pengurangan penyemprotan bensin, dalam hal ini fuel trim = 0%.
Sering lampu MIL (malfunction indicator lamp) menyala akibat dari kerusakan oksigen sensor sehingga menimbulkan kekhawatiran dan tentu saja menggangu kinerja mesin. Memang tidak dapat dipungkiri, pada waktu sensor oksigen pertama kali digunakan, maka sangat banyak terjadi kesalah akibat mutu oksigen sensor yang kurang bagus dan cenderung gagal, akan tetapi seiring berjalannya waktu maka produsen oksigen sensor sudah mendesain ulang dan memperbaiki beberapa kelemahannya dan sekarang kualitas dan kinerjanya sudah dapat dihandalkan.
Hal ini juga berarti jika terdapat kode kesalahan pada oksigen sensor maka secara menyeluruh sistem harus diperiksa sebelum memastikan kerusakan dari oksigen senor itu sendir. Jika pekerjaan mengganti oksigen sensor langsung dilakukan, maka kita khawatir kesalahan bukan terjadi pada oksigen sensor, tetapi berkemungkinan pada sistem lain.
Hampir semua sistem manajemen mesin terdiri dari beberapa sub-sistem. Sub-sistem ini masing-masing tergantung pada input yang diberikan ke ECU melalui sensor temasuk di dalamnya sensor oksigen, sebagai pengontrol akhir yang ditempatkan pada saluran gas buang untuk mendeteksi kadar oksigen yang terkandung dalam emisi. Padahal sangat banyak sensor lain yang mengakibatkan ECU mengatur perbandingan campuran, sehingga kadar oksigen dalam gas buang juga dipengaruhinya..
Contohnya:
1. MAF Sensor yang berfungsi mengukur volume udara yang diisap oleh mesin. jika sensor ini kinerjanya tidak bagus, juga akan menyebabkan kadar oksigen dalam gas buang berubah.
2. MAP Sensor; sama fungsinya yaitu mengukur udara yang disap oleh mesin, cuma cara kerjanya yang berbeda, untuk menentukan udara yang diisap mesin, MAP sensor mengukurnya berdasarkan tekanan udara pada intake manifold.
3. Sensor suhu air pendingin mesin (ECT Sensor) sensor ini, melaporkan keadaan suhu air pendingin mesin agar ECU mengatur perbandingan campuran udara bensin sesuai dengan keadaan suhu air pendingin, tentu juga akan mempengaruhi perbandingan campuran udara bensin sekaligus mempengaruhi kadar oksigen yang terkandung dalam gas buang.. Demikian pula IAT Sensor..TP Sensor, termasuk IAC Sistem yang kesemuanya dapat mempengaruhi perbandingan campuran udara bensin…
Hubungan Fuel Trim dengan O2 Sensor
Banyak teknisi otomotif yang belum memahami hubungan Fuel Trim dengan Oksigen Sensor, sehingga jika terjadi kode kesalahan (DTC) pada Oksigen sensor, maka teknisi selalu berusaha cepat-cepat menggantinya sebelum menganalisa kerja oksigen sensor melalui Fuel Trim.
Indikasi ketidak pahaman ini juga saya dapatkan dari berbagai pelatihan yang saya berikan di beberapa tempat di Indonesia atau di beberapa negara lain; Jika saya tanyakan pada peserta pelatihan tentang hubungan fuel trim dengan oksigen sensor, pada umumnya mereka belum dapat menjawab dengan tepat. Dari beberapa teknisi bengkel yang berkonsultasi pada saya; Bahwa setelah mengganti oksigen sensor, tetapi masalah yang terjadi tetap tidak terselesaikan meskipun scantool sudah menampilkan kode kesalahan yang berkaitan dengan oksigen sensor, hal ini jelas mengindikasikan bahwa perlu pemahaman kembali tentang hubungan Oksigen Sensor dengan Fuel Trim..
Pertama kita perlu memahami bagaimana sebuah sensor oksigen bekerja. Oksigen sensor akan memberikan input ke ECM/ECU berupa sinyal tegangan sesuai dengan kadar oksigen yang dikandung dalam emisi/gas buang.
INGAT!
1. Bahwa kandungan HC tinggi pada emisi/gas buang karena tidak terjadi pembakaran yang sempurna dalam silinder mesin…Maka kadar O2 pada emisi juga TINGGI.
2. Kerena Oksigen Sensor hanya bisa mendeteksi kandungan oksigen dalam emisi, maka pada kasus di atas, oksigen sensor melalui sinyal tegangan yang diberikan ke ECU/ECM akan menginterpretasikan bahwa perbandingan campuran kurus.. Lalu ECU/ECM akan menambah volume penyemprotan bensin.
3. Pada kasus di atas, jelaslah bahwa penambahan volume pernyemprotan bensin oleh ECU tidak akan memperbaiki kondisi perbandingan campuran udara bensin. Tapi sudah tugasnya ECU terus menyesuaikan/menambah bensin,,, dan jika penambahan tersebut melebihi batas spek Fuel Trim (maksimum 10%) maka lampu kontrol engine (MIL) akan menyala (timbul DTC)..Ada dua kemungkinan DTC yang terjadi; pertama DTC Perbandingan Campuran (Air Fuel Ratio) dan yang kedua DTC Oksigen Sensor
Jika timbul DTC seperti di atas: Pekerjaan apakah yang harus kita lakukan? Atau bagian-bagian manakah yang perlu diperiksa?
1. Kebocoran pada Intake manifold /kebocoran vacuum; Periksa semua saluran vakum atau Intake Manifold dari kemungkinan gasket bocor, saluran vakum longgar, atau kebocoran udara lainnya yang terjadi sesudah pengukur udara (Air Mass Flow Sensor). Udara yang mengalir ke silinder mesin akibat kebocoran tersebut di atas mengakibatkan kadar oksigen pada gas buang meningkat...Lalu ECU berusaha menambah volume penyemprotan bensin..bilamana penambahan tersebut meliwati spek Fuel Trim,,,maka DTC akan timbul..; Air Fuel Ratio..
2. Saluran sistem aliran bensin mengalami kerusakan, tersumbat, atau segala sesuatunya yang menghambat aliran bahan bakar ke injektor yang dapat menyebabkan perbandingan campuran benar-benar kurus karena kurangnya tekanan bensin. ECU berusaha menambah volume penyemprotan bensin..bilamana penambahan tersebut meliwati spek Fuel Trim,,,maka DTC akan timbul Air Fuel Ratio
3. Bisa juga terjadi kerusakan pada pressure regulator, tekanan bensin menjadi tinggi, campuran udara bensin menjadi gemuk, lalu ECU akan berusaha mengurangi volume penyemprotan bensin, tetapi jika pengurangan tersebut meliwati batas spek Fuel Trim....Akan timbul DTC Air Fuel Ratio
4. Ada kesalahan kinerja dari Mass Air Flow Sensor, atau MAP Sensor atau sensor lain yang berkaitan erat dengan perbandingan campuran udara bensin, tapi tidak menampilkan kode kesalahan sendiri...Namun timbul DTC Fuel Air Ratio..
5. Kerusakan mekanis mesin; Seperti tekanan kompressi lemah, kerusakan katup-katup, pengapian lemah dll. Tidak terjadi pembakaran campuran udara bensin yang sempurna pada silinder. Bila pembakaran udara bensin tidak sempurna tentu saja HC dan O2 yang keluar pada pipa knalpot meningkat. Lalu ECU berusaha menambah volume penyemprotan bensin...Dan jika penambahan tersebut meliwati batas spek Fuel Trim...Akan timbul DTC.
Sekali Lagi..: O2 Sensor hanya dapat membaca kandungan oksigen di dalam knalpot, sedangkan penyebab kadar oksigen dalam emisi jadi tinggi atau rendah dapat disebabkan dari beberapa hal seperti; Perbandingan campuran yang kurus/gemuk atau tidak sesuai, bisa juga karena campuran udara bensin tidak terbakar dengan sempurna, atau terjadi kebocoran pada intake manifold, atau bahkan kebocoran knalpot sendiri, atau kerusakan pada sensor-sensor yang berkaitan erat dengan pengaturan perbandingan campuran udara bensin seperti; Airmass Flow Sensor, MAP sensor, IAT Sensor, ECT Sensor dll. Dan yang terakhir barulah kerusakan terjadi pada Oksigen Sensor itu sendiri..
Untuk membuat kepastian sebelum melakukan penggantian oksigen sensor maka sangat disarankan untuk menganalisa gas buang terlebih dahulu dengan 4 Gas Analyzer gunakan bersama-sama dengan scantool.
1. Perhatikan kandungan Oksigen pada emisi dengan Gas Analyzer, jika kadar O2 tinggi berarti perbandingan campuran kurus, bilamana Fuel Trim yang ditunjukkan pada scantool bertambah ke arah plus melebihi speknya berarti Oksigen Sonsor....OK
2. Jika kadar O2 tinggi berarti perbandingan campuran kurus, bilamana Fuel Trim yang ditunjukkan pada scantool tetap....Berarti Oksigen Sensor....Rusak.
trimakasih
BalasHapus