Toyota Crown mobil dinas Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Ari Sumarsono, punya 2 sistem bahan bakar alias hybrid fuel system. Pertama sistem yang menyuplai bahan bakar minyak alias bensin, sedang kedua adalah sistem yang mengandalkan gas elpiji (LPG, Liquefied Petroleum Gas).
Selain orang nomor satu di perusahaan minyak milik negara itu, Toyota Camry yang menjadi mobil dinas jajaran direksi Pertamina juga memakai sistem yang sama dengan tunggangan sang Dirut. Ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong pemanfaatan gas elpiji sebagai bahan bakar kendaraan.
“Selain ramah lingkungan, kendaraan berbahan bakar elpiji menguntungkan secara ekonomis karena harganya lebih murah ketimbang bbm,” ucap Novi Feryanto, Service Manager Tunas Toyota Bintaro yang kebagian tugas memasang peranti tersebut di mobil-mobil milik petinggi Pertamina ini. Ia juga yang bertanggung jawab atas instalasi hybrid fuel system di taksi eksklusif Toyota Alphard milik Grup Express.
LPG adalah campuran gas hidrokarbon (C3-C4) yang umum digunakan pada peranti pemanas dan kendaraan. Komposisi penyusun utamanya adalah propana (C3H8) dan butana (C3H8). Gas ini menghasilkan emisi CO2 yang 19% lebih rendah ketimbang hasil pembakaran bensin. Makanya di banyak negara maju LPG banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas udara dan mereduksi emisi greenhouse gas.
Convertion kit yang dipakai adalah produk berlabel BRC Gas Equipment buatan Italia. Paketnya dibuat berdasarkan jumlah silinder mesin (4, 6, atau 8 silinder) dan output tenaga dari sistem tersebut (misalnya 80-90 dk, 100-130 dk, dan sampai 150 dk). “Kita belum pernah menjualnya secara eceran, tapi harga retail untuk kit yang 4 silinder sekitar AS$1.500 plus ongkos pasang sekitar Rp 2 juta,” lanjut pria ramah ini.
Sistem ini dapat dipasang di mobil tanpa perlu melakukan banyak modifikasi pada kendaraan. Anda hanya perlu sedikit merelakan lantai bagasi di bor untuk memasang baut pengikat bracket tangki. “Kita meminimalkan proses pelubangan mobil, karena sebisa mungkin kita memanfaatkan lubang yang sudah ada di mobil untuk tempat mengikat komponen,” ucapnya lagi.
Pengoperasian sistem ini berlangsung secara otomatis. Jika tangki gas berisi penuh dan sistem bekerja dengan baik, mesin mobil otomatis membakar LPG. Jika gas di tangki habis, ECU sistem gas akan meminta sistem bbm mobil untuk bekerja. Ini bisa terjadi karena komputer sistem gas bekerja bersama ECU mobil.
Selain orang nomor satu di perusahaan minyak milik negara itu, Toyota Camry yang menjadi mobil dinas jajaran direksi Pertamina juga memakai sistem yang sama dengan tunggangan sang Dirut. Ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong pemanfaatan gas elpiji sebagai bahan bakar kendaraan.
“Selain ramah lingkungan, kendaraan berbahan bakar elpiji menguntungkan secara ekonomis karena harganya lebih murah ketimbang bbm,” ucap Novi Feryanto, Service Manager Tunas Toyota Bintaro yang kebagian tugas memasang peranti tersebut di mobil-mobil milik petinggi Pertamina ini. Ia juga yang bertanggung jawab atas instalasi hybrid fuel system di taksi eksklusif Toyota Alphard milik Grup Express.
LPG adalah campuran gas hidrokarbon (C3-C4) yang umum digunakan pada peranti pemanas dan kendaraan. Komposisi penyusun utamanya adalah propana (C3H8) dan butana (C3H8). Gas ini menghasilkan emisi CO2 yang 19% lebih rendah ketimbang hasil pembakaran bensin. Makanya di banyak negara maju LPG banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas udara dan mereduksi emisi greenhouse gas.
Convertion kit yang dipakai adalah produk berlabel BRC Gas Equipment buatan Italia. Paketnya dibuat berdasarkan jumlah silinder mesin (4, 6, atau 8 silinder) dan output tenaga dari sistem tersebut (misalnya 80-90 dk, 100-130 dk, dan sampai 150 dk). “Kita belum pernah menjualnya secara eceran, tapi harga retail untuk kit yang 4 silinder sekitar AS$1.500 plus ongkos pasang sekitar Rp 2 juta,” lanjut pria ramah ini.
Sistem ini dapat dipasang di mobil tanpa perlu melakukan banyak modifikasi pada kendaraan. Anda hanya perlu sedikit merelakan lantai bagasi di bor untuk memasang baut pengikat bracket tangki. “Kita meminimalkan proses pelubangan mobil, karena sebisa mungkin kita memanfaatkan lubang yang sudah ada di mobil untuk tempat mengikat komponen,” ucapnya lagi.
Pengoperasian sistem ini berlangsung secara otomatis. Jika tangki gas berisi penuh dan sistem bekerja dengan baik, mesin mobil otomatis membakar LPG. Jika gas di tangki habis, ECU sistem gas akan meminta sistem bbm mobil untuk bekerja. Ini bisa terjadi karena komputer sistem gas bekerja bersama ECU mobil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yang bermanfaat ya, sopan dan terpercaya